Jembatan Titi Gantung – Lamanya kependudukan Belanda di nusantara memberikan banyak sekali dampak, baik itu bersifat positif maupun negatif dalam keberlangsungan ketata negaraan di Indonesia, salah satunya dalam aspek infrastruktur. Jika biasanya kita dapat menemukan banyak bangunan peninggalan Belanda di pulau jawa, seperti bangunan kota tua di Jakarta kota atau bangunan klasik serupa yang berada di Jogjakarta. Di Sumatera pun terdapat sebuah jembatan yang dibangun pada era kolonial Belanda masa itu dan masih eksis sampai sekarang. Bernama Jembatan Titi Gantung yang berada persis di kota Medan.
Sama halnya seperti jembatan pada umumnya yang menjadikan jembatan sebagai penghubung dari satu tempat ke tempat lainnya, begitu pun dengan jembatan titi gantung di Medan ini. Namun yang menjadikan jembatan titi gantung ini terkesan unik adalah bahwa dimasa tersebut jembatan ini bukan dibangun di atas air melainkan didarat tepatnya di atas perlintasan rel kereta api lokal, yang apabila di zaman sekarang serupa dengan jembatan layang. Hal lain yang menjadikan jembatan ini berbeda adalah gaya arsitertur klasiknya yang memberikan kesan artistik khas arsitektur Belanda. Meski beberapa kali mengalami rekonstruksi seperti pewarnaan ulang. Namun tak melunturkan nilai yang sarat akan Sejarah yang masih bisa kita lihat sampai saat ini.
Jembatan titi gantung sendiri dibangun pada tahun 1885 dengan bangunan menjulang setinggi 7 meter dan memiliki panjang kurang lebih sekitar 45 meter. Hal demikian telah dijadikan cagar budaya oleh daerah setempat. Selain sarat akan nilai sejarah yang tinggi yang membuat warga lokal dan wisatawan penasaran. Di jembatan ini pun menyajikan pemandangan yang sangat instragram-able bagi kawula muda yang suka berburu spot foto bagus. Karena dibangun di atas perlintasan kereta api lokal stasiun medan, anda dapat melihat riuhnya lalu lalang kereta yang datang pergi sembari menikmati pemandangan sibuknya kota Medan. Sejak beberapa tahun silam jembatan titi gantung ini, sudah tidak di peruntukan untuk lalu lalang kendaran baik itu roda empat ataupun roda dua. Yang kemudian dialih fungsikan sebagai sarana pejalan kaki warga lokal yang ingin pergi ke stasiun atau tempat-tempat di sekitarnya.
Baca juga: 7 Landmark Paling Ikonik Dari Kota Medan
Table of Contents
ToggleJembatan Titi Gantung Medan, Surganya Pecinta Buku
Disamping itu, bagi anda yang tengah mencari tempat untuk healing. Jembatan titi gantung bisa dijadikan pilihan yang tepat karena menyajikan banyak spot yang aesthetic untuk postingan sosial media anda. Dan berita gembiranya, karena merupakan fasilitas umum kota jadi anda tidak perlu membayar biaya masuk. Kecuali untuk anda yang membawa kendaraan, anda hanya perlu mengeluarkan biaya kisaran kurang lebih Rp. 3000 untuk kendaran beroda dua dan sekitar Rp. 5000 untuk kendaraan beroda empat sebagai biaya parker, yang letaknya berada tidak jauh dari jembatan. Selain itu bagi anda pecinta buku, jembatan titi gantung di Medan adalah tempat yang wajib anda kunjungi. Karena disini terdapat banyak buku bekas yang sangat ramah dikantong kaum mendang mending yang rela makan mie sebulan hanya untuk membeli buku.
Koleksi buku-buku jembatan titi gantung termasuk paling lengkap di kota Medan. Banyak buku-buku bekas yang kondisinya masih bagus, ada juga buku-buku lama yang mungkin bisa menjadi referensi tugas sekolah atau kuliah anda dan ada banyak juga buku-buku baru bagi anda yang menyukai keoriginalan sebuah buku. Untuk harga pastinya sangat terjangkau, mulai dari sepuluh ribu rupiah untuk buku-buku bekas sampai puluhan ribu rupiah tergantung jenis buku, kondisi dan keoriginalan buku.
Funfact Seputar Jembatan Titi Gantung
Adapun funfact menarik tentang jembatan titi gantung, bahwasanta dahulu tempat ini dijadikan sebagai tempat nongkrong pemuda-pemudi kolonial dan para noni Belanda loh, yang menjadikan jembatan titi gantung populer dikalangan anak muda pada masa itu, sebagai tempat untuk bersantai atau nongkrong bersama teman. Dan ditahun 50-an mulai banyak pertokoan yang dibangun di sekitaran jembatan titi gantung salah satunya adalah toko buku. Bukan hanya satu dua toko hampir sebagian besar pertokoan jembatan titi gantung didominasi para pedagang buku. Terlebih semakin menjadi lebih populer lagi karena menjual buku-buku bekas dengan kualitas yang masih bagus serta layak bagi para pecinta buku.
Baca juga: Wajib Dikunjungi! Ini Dia Festival Tahunan di Medan
Jembatan titi gantung di Medan bukan lagi hanya sebuah jembatan, namun juga dijadikan ikon tersendiri di kota Medan karena mampu menarik minat warga lokal maupun wisatawan. Bak sebuah cerita cinderella yang berawal dari rakyat biasa menjadi seorang putri. Begitupun titi gantung bridge yang awalnya hanya sebuah bangunan penghubung biasa, kini menjadi akses transportasi, hingga akhirnya menjadi cagar budaya yang menjadi aset kota dan menjadi salah satu tempat yang cukup populer di kota Medan.
Karena beberapa hal, jembatan titi gantung sempat mengalami beberapa kali revitalisasi atau penataan ulang oleh pemerintah daerah setempat. Yang otomatis membuat pertokoan di tempat ini pun tak luput dari rencana yang akan pemeritah daerah tersebut realisasikan. Perubahan itu tentu saja berdampak bagi para pedagang termasuk para pedagang buku di jembatan titi gantung yang beberapa kali dipindah lokasikan. Ditahun 2003 pertama kali perubahan relokasi, para pedagang yang awalnya berada di jalan kereta api mengalami relokasi yang kemudian menjadi berada di samping Lapangan Merdeka Medan.
Tak hanya berhenti disitu saja sepuluh tahun setelahnya pada tahun 2013 perubahan lokasi para pedagang masih berlanjut, dari lapangan Merdeka Medan dipindahkan lokasikan ke jalan Penggadaian Medan. Kemudian pada tahun 2017 para pedagang kembali direlokasi ke jalan kereta api, tempat semula sebelum rangkaian relokasi dengan bangunan bertingkat.
Setelah serangkaian relokasi para pedagang tersebut tidak memudarkan minat para pecinta buku bekas yang masih ramai mengunjungi toko-toko buku jembatan titi gantung di Medan. Meski begitu, beberapa tahun berlalu para pedagang buku di tempat ini kembali menemui kendala ketika wabah covid-19 melanda. Yang mana penjualan offline menurun tajam dikarenakan peraturan pemerintah yang menekankan masyarakat agar tetap di rumah untuk membatasi penyebaran virus. Sekolah-sekolah yang di liburkan tak terkecuali tempat-tempat umum yang juga ikut ditutup.
Bukan hanya kendala covid-19, perkembangan teknologi yang juga semakin canggih menjadi salah satu penyebab menurunnya angka minat baca kaum muda dan juga mempengaruhi angka penjualan buku di toko offline. Dan kabarnya para pedagang buku di jembatan titi gantungpun akhirnya mencari alternatif lain untuk mengatasi penurunan penjualan toko mereka dengan berjualan daring. Mengikuti perkembangan zaman yang semakin maju, dimana semua hal bisa dilakukan dengan hanya menggunakan ponsel pintar. Namun bagi pecinta buku, membeli buku secara langsung tentu memiliki sensasi tersendiri seperti ada kebahagiaan tersendiri melihat berbagai tumpukan buku di rak-rak yang berjejer atau bau khas dari toko buku yang membuat kita betah berlama-lama didalamnya. Selain itu poin yang biasanya dicari pecinta buku dari toko offline adalah bisa membaca buku secara gratis. Mau beli buku offline ataupun online yang terpenting adalah mengisi otak dengan banyak buku karena yang membutuhkan makan bukan hanya perut namun juga otak dan pikiran kita. Semakin banyak buku yang kita baca, maka akan semakin banyak juga jendela dunia yang kita buka.
Sajian Lezat Selepas Healing & Berburu Buku di Medan
Nah selepas berkeliling dari toko ke toko dari buku satu kebuku lainnya dan menghabiskan waktu menyusuri jalanan jembatan titi gantung. Jangan lupa mampir ke kedai mie ayam jamur haji mahmud. Selain lokasi kedai yang dekat, sajian mie ayam yang epik juga bisa menambah energi dan kebahagiaan harimu.
Alamat Outlet : Jalan Abdullah Lubis, Kec. Medan Baru Kota Medan – Sumatra Utara
WhatsApp : 0852-7093-3386
Baca juga: Daftar Mall Terlengkap & Terbesar di Medan, Cocok Untuk Hangout!