7 Bubur Khas Medan yang Enak dan Sarat Budaya

Bubur Khas Medan – Kalau bicara soal kuliner Medan, pikiran banyak orang biasanya langsung tertuju pada soto Medan, Bika Ambon, ataupun aneka makanan Tionghoa yang ramai di sepanjang jalan kota. Namun, ada satu sisi lain yang tidak kalah menarik untuk dijelajahi: bubur khas Medan.

Bubur di Medan bukan sekadar sarapan hangat untuk mengisi perut di pagi hari, tapi juga cerminan keberagaman budaya kota ini. Dari masyarakat Melayu, Tionghoa, Batak, hingga India Tamil, semua berkontribusi menghadirkan bubur dengan rasa dan ciri khas yang berbeda. 

Hasilnya? Sebuah peta rasa yang kaya, mulai dari gurih, manis, hingga pedas, semuanya bisa ditemukan dalam semangkuk bubur. Nah, di artikel mieayammahmud.com ini kita akan menelusuri 7 bubur khas Medan yang tidak hanya mengenyangkan, tetapi juga menyimpan cerita budaya di balik rasanya. Penasaran? Yuk ulik. 

Sejarah Perjalanan Makan Bubur di Medan 

Bubur Manado ala Medan
Bubur Manado ala Medan

Sejarah bubur di Medan tidak bisa dilepaskan dari latar belakang kotanya sebagai pelabuhan besar di Sumatra Utara. Sejak abad ke-19, Medan menjadi titik pertemuan berbagai etnis: Batak, Melayu, Tionghoa, hingga India Tamil. Dari perjumpaan inilah kebiasaan makan bubur mulai tumbuh dan beradaptasi.

Bagi masyarakat Melayu, bubur sudah lama dikenal lewat sajian seperti bubur pedas atau bubur lambuk. Kedua bubur ini bukan sekadar pengganjal perut, tapi juga identik dengan suasana religius, terutama di bulan Ramadan, ketika bubur hangat dibagikan sebagai hidangan berbuka.

Sementara itu, komunitas Tionghoa membawa tradisi zhou atau congee, bubur nasi lembut yang biasanya dilengkapi lauk sederhana seperti ayam, cakwe, atau telur asin. Dari sinilah lahir “bubur ayam Medan” yang terkenal kaya topping, lebih gurih dibanding congee Tiongkok pada umumnya, karena menyesuaikan dengan selera lokal.

Komunitas India Tamil juga ikut menyumbangkan tradisi kuliner mereka, lewat kanji, bubur nasi yang dimasak dengan santan ringan atau bumbu sederhana. Biasanya disantap saat sakit atau ketika butuh makanan lembut. Di Medan, pengaruh ini terlihat pada bubur yang diberi sentuhan rempah, berbeda dengan gaya Tionghoa atau Melayu.

Adapun masyarakat Batak sebenarnya tidak memiliki tradisi bubur yang menonjol. Kuliner Batak lebih erat dengan ikan arsik, naniura, atau saksang berbahan daging. Namun, karena Batak adalah salah satu etnis terbesar di Medan, mereka ikut menikmati ragam bubur yang berkembang di kota, sehingga bubur pun diterima sebagai bagian dari keseharian.

Baca juga: Cari Menu Ayam Khas Medan yang Enak? Coba Rekomendasi Ini

Rekomendasi 7 Bubur Khas Medan yang Sarat Budaya

Inilah tujuh  bubur khas Medan yang tidak hanya mengenyangkan, tetapi juga menyimpan cerita budaya di balik rasanya. Kira-kira, kamu sudah kenal dengan yang mana nih?

1. Bubur Pedas Khas Medan

Cara Penyajian Bubur Bubur Pedas Khas Medan

Meski nama “bubur pedas” lebih sering dikaitkan dengan kuliner khas Melayu Sambas (Kalimantan), Medan punya versinya sendiri yang tidak kalah terkenal. Bubur ini terbuat dari campuran beras tumbuk, aneka rempah, dan sayuran hijau seperti kangkung, bayam, hingga daun ubi.

Keunikannya terletak pada rasa pedas-rempah yang hangat, membuat bubur ini terasa menyehatkan sekaligus mengenyangkan. Biasanya bubur pedas disajikan pada acara-acara adat atau perayaan, menandakan kebersamaan dan keberlimpahan rezeki.

Baca juga: Pernah Coba Bubur Pedas Khas Medan? Ini yang Membuatnya Beda

2. Bubur Pedas Tanjung Balai

Tak jauh berbeda dengan versi Medan kota, bubur pedas dari Tanjung Balai (wilayah pesisir Sumatra Utara) punya sentuhan unik berupa tambahan ikan teri medan dan kelapa sangrai. Teksturnya lebih gurih dengan aroma harum yang khas. Bagi masyarakat Melayu pesisir, bubur ini identik dengan menu buka puasa atau sajian syukuran keluarga.

3. Ada Bubur Sumsum!

Bubur Sumsum Khas Medan

Kalau yang satu ini pasti sudah akrab di telinga banyak orang, tapi versi Medan punya kekhasan tersendiri. Bubur sumsum di sini biasanya bertekstur lebih lembut dan disajikan dalam porsi yang agak besar. Kuah gula merahnya kental dengan wangi pandan yang pekat, memberi sensasi manis legit yang pas di lidah.

Menariknya, bubur sumsum sering dijual di pasar tradisional Medan sejak pagi buta, menjadi comfort food bagi banyak orang sebelum memulai aktivitas.

4. Bubur Manado ala Medan

Walau berasal dari Sulawesi Utara, bubur Manado (atau Tinutuan) sudah lama beradaptasi di Medan. Kota ini memang dikenal terbuka dengan masuknya berbagai kuliner dari luar. Bubur Manado ala Medan biasanya berisi labu kuning, jagung, sayuran hijau, dan ditambah ikan asin sebagai pendamping.

Perbedaan kecilnya, masyarakat Medan cenderung menambahkan sambal atau cabe rawit, membuat rasa bubur lebih berani dibanding versi aslinya.

5. Bubur Kacang Hijau

Hampir setiap daerah punya bubur kacang hijau, tapi di Medan, cita rasanya lebih kaya. Selain kacang hijau yang dimasak hingga empuk, ada tambahan ketan hitam atau santan kental yang membuat bubur lebih creamy.

Tidak jarang, penjual bubur kacang hijau di Medan juga menambahkan roti tawar potong atau pisang raja kukus sebagai pelengkap. Cocok disantap malam hari sambil menikmati suasana kota yang hangat.

6. Kanji – Bubur Khas Medan dari  India

Kanji - Bubur Khas Medan dari India

Komunitas India Tamil juga ikut menyumbangkan tradisi mereka lewat kanji, bubur nasi sederhana yang biasa disantap sehari-hari atau ketika sakit.

Bahannya terdiri dari beras, daging sapi cincang, santan, serta rempah-rempah khas India seperti kapulaga, kayu manis, dan cengkeh. Hasilnya adalah bubur gurih dengan aroma rempah yang harum, menghadirkan kehangatan sekaligus energi setelah seharian berpuasa.

7. Bubur Ayam Medan

Sekilas bubur ayam Medan mirip dengan bubur ayam di kota-kota lain, tapi ada ciri khas yang membedakannya: kuah kuning gurih yang dituangkan di atas bubur sebelum disajikan. Kuah ini terbuat dari rebusan ayam kampung dengan kunyit dan rempah, sehingga rasa buburnya lebih kaya.

Topping-nya pun cukup beragam: suwiran ayam, cakwe goreng, daun bawang, seledri, kacang kedelai goreng, hingga sambal khas Medan yang pedasnya mantap. Tidak heran kalau bubur ayam Medan jadi menu favorit untuk sarapan.

Baca juga: 7 Buah Buahan Khas Medan yang Jarang Dikenal Pendatang!

Bubur Khas Medan sebagai Cermin “Kota Multikultural” 

Bubur Kacang Hijau Medan

Dari bubur pedas hingga bubur India, jelas terlihat bahwa Medan adalah kota yang merangkul keberagaman. Setiap etnis yang hidup di sana membawa resep, rempah, dan cara memasak mereka masing-masing. Hasilnya, terciptalah harmoni rasa yang saling melengkapi.

Kalau ditarik ke akar Batak, sebenarnya bubur bukanlah makanan utama sehari-hari. Masyarakat Batak lebih identik dengan sajian khas seperti arsik, naniura, atau saksang yang berbahan dasar ikan dan daging. 

  • Di daerah Batak murni—seperti Tapanuli atau Samosir—kamu jarang menemukan variasi bubur yang beragam. 
  • Namun, begitu berada di Medan yang multikultural, bubur justru berkembang pesat dan menemukan tempat istimewa di meja makan warganya.
  • Perpaduan etnis Batak, Melayu, Tionghoa, hingga India Tamil melahirkan ragam bubur yang berbeda rasa maupun cara penyajiannya. Dari yang gurih penuh rempah, hingga yang manis legit dengan santan, semuanya hidup berdampingan di kota ini.

Ini berarti, jika kamu menyantap semangkuk bubur khas Medan berarti ikut merasakan sejarah panjang pertemuan budaya di kota ini.

Saatnya Menyicipi Kuliner Medan yang Lain!

Mie ayam khas medan

Kalau kamu berkesempatan berkunjung ke Medan, jangan hanya fokus bubur saja, cobain mie ayam jamur dan sajian berat lainnya juga agar makin mantap perjalanannya! 

Jika ingin mencoba mie rasa baru atau hidangan ayam khas medan yang halal, mampir ke: 

Di tempat ini kamu bisa menemukan: 

  • Beragam mie khas medan
  • Sajian ayam 
  • Aneka bakso
  • dan kuliner medan lainnya
  • Semuanya halal ya, 

Jadi, jangan ragu untuk menjelajahi kuliner Medan. Jangan karena takut tidak halal (untuk muslim), kamu jadi membatasi diri. Yuk cobain bubur khas Medan untuk mengenyangkan perut di pagi hari, dan kunjungi kedai Mie Ayam Jamur H. Mahmud di siang dan malam harinya. 

Semoga info ini bermanfaat ya!

Artikel Terkait

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top